Senin, 22 Desember 2008

Pekan Raya Hagoita Tradisional Jepang

Jepang sedang merayakan Pekan Raya Tahunan Hagoita (raket kayu) di Kuil Sensoji menjelang tutup tahun ini, yang memperlihatkan dan raket-raket kayu warna-warni yang sangat semarak oleh aneka hiasan.

Hagoita mula-mula berasal dari sebuah tradisi orang Jepang, dimana selama perayaan tahun baru, gadis-gadis akan bermain Hanetsuki, sebuah permainan seperti bulu tangkis dengan raket kayu dan sebuah kock.

Pada mulanya raket- raket kayu adalah buatan tangan, menggunakan kapas dan kain yang terbaik atau kertas washi. Raket-raket terdiri dari berbagai macam dan ukuran, yang melambangkan seorang gadis yang menginjak dewasa, dan juga melambangkan kesehatan dan keselamatan. Beberapa orang bahkan menaruhnya didepan pintu untuk menolak kejahatan, tetapi sekarang sebagian besar hanya digunakan sebagai pajangan, suvenir dan kado.

Hiroshi Sugiura telah menekuni Hagoita selama 35 tahun. Ia berpikir bahwa budaya Jepang lambat laun telah terlupakan, penyebabnya karena anak-anak muda terlalu bebas dan telah menurun kualitas moralnya.

"Sangat penting menghargai budaya tradisional, sebagai sarana untuk tetap menjaga moralitas. Saya ingin semua orang memikirkan hal ini sekali lagi," ujar Hiroshi Sugiura, seorang perajin Hagoita.

Beberapa artis terkenal juga tampil pada desain hagoita, seperti David Beckham, Bae Yong Joon (aktor Korea), beberapa pemain Sumo dan karakter-karakter animasi. Ini menunjukan kebanggaan pada acara itu yang telah sukses beberapa tahun sebelumya.

Lihat Videonya disini : http://english.ntdtv.com/?c=156&a=6498

Pertunjukan Perahu Nasional New York yang Mengesankan

Para pengusaha perahu telah mengadakan Pertunjukan Perahu Nasional New York. Pameran tahunan ini diharapkan dapat membujuk para pembeli untuk membeli perahu impiannya di masa mendatang. Para pelaut sangat menikmati pameran ini.

Michael Duffy, manager pameran, berkata: "Ini adalah pertunjukkan perahu Nasional New York yang ke-104. Dan merupakan perjalanan dunia terpanjang dan pertunjukkan perahu pertama yang pernah ada"

Bayangkan diri Anda dikelilingi oleh hampir 1000 kapal mewah, kapal pesiar, kapal sport, perahu motor dan kapal penangkap ikan. Para pembeli dapat membeli perahu yang sangat kecil hanya dengan beberapa ratus dolar, seperti kayak (sejenis perahu) ini, atau mereka dapat membelanjakan semua uangnya untuk membawa pulang kapal Queen seharga 1.3 juta dolar.

Raymond Chera, seorang pengunjung sangat menyukai kapal-kapal yang dipamerkan. Menurutnya kapal-kapal baru yang dipamerkan disini sangat bagus dan bergaya kontemporer.

Michael Duffy, manager pameran, berkata, “Ratu pertunjukan ini adalah kapal yang paling besar dan mahal, dengan layar berukuran 51 kaki 17 inchi, harganya 1.3 juta dollar.

Terdapat pula pertunjukan rekonstruksi perahu pertama di New York, sudut ini sangat menarik pecinta sejarah. Don Tittner adalah salah satunya. Ia berkata “Begitu mengagumkan, kapal ini dibangun hanya dalam waktu singkat oleh Adrian Block saat ia terdampar di Manhattan pada suatu musim dingin.”

Adapula kapal berkecepatan tinggi, bernama Miss Geiko Racing, yang menggunakan maskot nona cicak hijau. Mike Yowaisiki, penciptanya, berkata. "Kapal ini bisa mencapai puncak kecepatan sekitar 186. Ini adalah yang paling kecil, panjangnya 40 kaki. Kita punya model [44 NCI] yang yang mampu berlari sekitar 195, dan kita memiliki Model [54 Mystic] yang berkecepatan 210 mil per jam"

Pameran ini diadakan sampai hari Minggu di Javits Center, Manhattan.

Lihat videonya di: http://english.ntdtv.com/?c=258&a=6433

Minggu, 21 Desember 2008

Mahasiswa Bandung Juara Lomba Poster Anti Korupsi

Dua mahasiswa Bandung, Jawa Barat meraih juara satu dan dua dalam lomba poster anti korupsi yang diadakan oleh Transparency International (TI) Indonesia. Pemenang pertama adalah Muhammad Reza Maulana (22), mahasiswa Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa Desain ITB dengan judul poster "Harus Biasa Tanpa Korupsi". Sedangkan pemenang kedua diraih oleh Sarjono (24), mahasiswa D-4 Teknik Manufaktur Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.

Bersamaan dengan itu, diumumkan pemenang lomba iklan layanan masyarakat, atau public service announcement (PSA) anti korupsi. Fahmi Auriza (20) dan Rahmatullah Akbar (20), keduanya mahasiswa Universitas Indonesia Jakarta berhasil menjuarai lomba PSA ini dengan judul "Analogi Sapu Lidi". Untuk juara kedua, dewan juri tidak bisa menetapkan karena karya PSA lainnya dianggap tidak memenuhi syarat lomba yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sebagai rangkaian peringatan Hari Antikorupsi Sedunia pada 9 Desember 2008 sekaligus hari jadi Transparency International Indonesia yang ke-8, TI Indonesia telah mengadakan kegiatan lomba poster dan PSA dengan tema "Generasi Muda, Generasi Anti Korupsi". Lomba ini ditujukan bagi generasi muda berusia 15-25 tahun, khususnya para pelajar dan mahasiswa. Hasil lomba tersebut diumumkan pada malam resepsi acara peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia dan HUT TI-Indonesia di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta pada Kamis malam (18/12).

"Dipilihnya kaum muda sebagai peserta lomba poster dan PSA, karena kami ingin menggugah kesadaran para pelajar dan mahasiswa untuk mencegah dan memberantas korupsi sejak dini," ujar Mamik, koordinator lomba poster dan PSA Anti Korupsi. Menurutnya, mereka adalah generasi yang belum terkontaminasi praktek korupsi, sehingga diharapkan di masa depan ketika mereka menjadi pemimpin bangsa ini, selalu memegang prinsip anti korupsi.

Sejak diumumkannya lomba tersebut pada pertengahan November hingga 10 Desember 2008, panitia telah menerima lebih dari 135 karya poster dan PSA, yang terdri atas 122 poster dan 13 PSA. Karya yang masuk tersebut kemudian diseleksi oleh dewan juri yang terdiri dari Kuswartini M. Soehel (Dewan Pengurus TII), S. Malela Mahargasarie (Pimred Koran Tempo), dan Rezki S. Wibowo (Deputi Sekjen TII). Basis penilaiannya adalah komunikatif, efisien dan efektif, serta orisinalitas.(fadjar)

Prestasi Pembedahan Ajaib di India

Berikut ini ada sebuah cerita tentang prosedur medis ajaib. Seorang ahli bedah India dengan sukses mengeluarkan batang besi sepanjang 6 kaki dari tubuh manusia. Batang besi itu jatuh dari lantai sepuluh dari suatu konstruksi bangunan dan menembus badan melalui bahu dan perut, bersarang pada paha kaki kirinya.

Santosh Kumar 21 tahun, seorang pekerja bangunan, menjalani pembedahan selama lima setengah jam untuk mengangkat batang besi dari tubuhnya. Saat musibah berlangsung, ia berada di suatu lokasi bangunan di kota Pune bagian barat, sekitar satu setengah jam perjalanan dari Mumbai.

Batang besi telah menembus isi perut Kumar pada berbagai tempat. Para dokter berkata Kumar sangat beruntung masih dalam keadaan hidup.

Dr. Gajanan Wagholikar, seorang ahli bedah senior Gastro-Intestinal berkata, “ Itu adalah sebuah prestasi pembedahan yang mengagumkan. Ia adalah seorang pekerja bangunan yang sedang bekerja ketika batang besi terjatuh menimpanya dari lantai yang sepuluh. Batang besi itu menembus bahu kanannya, masuk ke perut dan akhirnya tembus keluar di paha kirinya. Peristiwa seperti ini jarang dilaporkan di dalam literatur medis dan orang-orang yang mengalami peristiwa kecelakaan seperti itu belum pernah ditemukan dalam keadaan hidup."

Kumar berkata bahwa ia merasakan seolah-olah memiliki kontrak baru atas hidupnya. Ia berkata, "Aku telah dilahirkan kembali di Pune."
Dari manakah ide anda untuk melukis timbul? Baru-baru ini Indonesia menekankan pentingnya ide melukis yang timbul dari lubuk hati. Ide yang mucul dari hati ini diyakinkan mampu mengekspresikan nilai-nilai luhur dari manusia.

Sebanyak 75 lukisan tampak dipamerkan di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Lukisan-lukisan ini merupakan karya finalis kompetisi lukisan remaja Indonesia tahun 2008. Atas prestasinya ini, para pelukis remaja ini mendapatkan hadiah berupa uang tunai yang diserahkan langsung oleh Pramono Hadi, Direktur Utama Rekreasi dan Resort Ancol bersama Astari Rasyid, wakil ketua Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI).

Sebelumnya, dalam kompetisi yang bertajuk “Dunia Kecilku” ini, para pelukis remaja ini dituntut untuk melukis berdasarkan isi lubuk hati mereka. Hasil lukisan yang berasal dari lubuk hati ini diyakini dapat mengekspresikan nilai-nilai luhur dari kehidupan manusia serta bisa memberikan pesan-pesan moral dikala orang melihatnya.

“Pameran tahun ini sangat baik, membawa misi yang sesungguhnya dari seni rupa, bahwa untuk berkarya kita perlu mengolah yang ada di dalam hati terkecil kita. Jadi bukan hanya dengan otak, tapi juga dengan hati. Ini untuk mendorong mereka (remaja) untuk mengetahui bahwa seni rupa itu bicara mengenai kemanusiaan, lingkungan, dan sebagainya.” ujar Astari Rasyid.

Sebagian besar karya-karya lukisan yang dipamerkan ini merupakan pengalaman nyata dari para pelukisnya. Salah satu pelukis remaja, Melisa, menceritakan pengalaman hidupnya yang dituangkan dalam lukisannya. “Sebelumnya saya pernah sama papa saya ke luar kota. Saya melihat di kereta api ada anak kecil, dia me-ngamen. Ini menggambarkan bahwa anak kecil ini menghidupi diri sendiri dan kerja sendiri. Jadi lewat lukisan saya, ingin memberitahu bahwa anak kecil ini tidak seharusnya hidup dengan biaya sendiri, dia harus mendapat pengasuhan oleh orang tua.” (ntd-news/sun)

60.000 Foto Tersenyum Pecahkan Rekor MURI

Ayo tersenyum supaya yang lain tersenyum, inilah pesan yang ingin disampaikan oleh 60.000 foto ekspresi senyum pemecah rekor MURI (Museum Rekor Indonesia). Bagaimana keceriaan wajah-wajah 60.000 foto ini?

Sebanyak 60.000 foto tersenyum dipamerkan di arena Dunia Fantasi (Dufan), Ancol, Jakarta. Ke-60.000 foto tersenyum ini merupakan hasil perlombaan foto yang diprakarsai oleh perusahaan pasta gigi “Pepsodent”. Hanya dalam jangka waktu 6 bulan (Februari-Juli 2008), panitia perlombaan berhasil menerima 60.000 foto dengan ekspresi senyum dari seluruh Indonesia dan menggelar pamerannya di Jakarta. Atas usahanya ini, “Pepsodent “ berhasil memecahkan rekor MURI dengan predikat “pemrakarsa dan penyelenggara pameran foto ekspresi senyum dengan jumlah terbanyak.”

Menurut Hernie Raharja, Marketing Manager Oral Care Unilever, latar belakang pengumpulan foto ekspresi senyum ini adalah untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. "Karena setiap foto ini akan di-donasikan kembali setiap fotonya. Hasil donasi ini akan digunakan untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara gratis bagi masyarakat luas di seluruh Indonesia.” ujarnya.

Lebih lanjut, Hernie menuturkan bahwa selama pameran foto ekspresi senyum yang digelar hingga 24 Desember mendatang, Pepsodent juga menggelar pemeriksaan dan perawatan gigi gratis untuk masyarakat umum. Kesemuanya ini merupakan hasil donasi dari ke-60.000 foto tersenyum ini. “Dengan tersenyum, kita juga membuat orang lain tersenyum.” Ucapnya. (ntd-news/sun)


Jumat, 19 Desember 2008

Cerita dan Fabel dalam Seni Pahat Pasir di Frankston, Australia


Tahukah Anda bahwa pasir dapat "dipahat" menjadi karya seni yang detail dan indah? Pada musim panas ini, 19 pemahat pasir berbakat dari seluruh dunia berkumpul di Frankston Australia dan menciptakan karya seni pahat pasir bertemakan dongeng dan fabel terkenal. Hasilnya sangat detail, sehingga susah dipercaya bahwa karya ini terbuat dari pasir. Mari saksikan berberapa dari kreasi mereka : Lihat video NTDTV: http://english.ntdtv.com/?c=151&a=1840

Nicola Wood, salah satu seniman pemahat pasir, berdiri didepan hasil karyanya, "Jack dan Pohon buncis ajaib" dan menceritakan bagaimana cara bekerja dengan pasir:

[Nicola Wood, seniman pahat:]

"Ini dibuat dari pasir, pasir bangunan bertekstur seperti bata, kami padatkan kuat-kuat sehingga tidak ada celah sama sekali. Padatan menjadi sangat keras, bahkan saat air merembes, padatan dapat menjadi sekeras batu, sehingga kami dapat mengukir dan memahat bentuk bentuk yang cukup rumit pada permukaannya."

Nicola juga mahir memahat es dan salju untuk menghasilkan karya seni. Dia berkata bahwa memahat pasir berbeda dengan es dan salju, karena pasir mempunyai keterbatasan tersendiri.

[Nicola Wood, seniman pahat:]

"Pasir adalah media menakjubkan untuk digunakan, namun ia juga ada keterbatasan, tidak seperti es. Pada es, kita bisa menciptakan bentukan yang besar dan panjang sekali, kita tak usah peduli dengan berat. Pasir punya keterbatasan dalam hal ini, namun ia sangat fleksibel. Bila kita ada kesalahan dalam membentuk, kita tinggal menambalnya lagi dengan pasir, dan memperbaikinya, sehingga pekerjaan selesai lebih cepat.

Nah, bagi Anda yang ingin menyaksikan langsung karya cipta ini, pameran ini akanberlangsung sampai 6 April 2008 dan dibuka setiap hari di Frankston Waterfront, Australia.

9 Rahasia Membuat Anak Menjadi Pandai

Para pakar menyatakan, ”Anak-anak pada rentang usia 4 sampai dengan 13 tahun, karena belum banyak mengecap asam garam dunia, hatinya masih murni, merupakan masa dengan daya ingat yang paling kuat selama hidupnya. Jika pada masa keemasan ingatan ini memperoleh pendidikan yang baik, akan sangat bermanfaat untuk sepanjang hidupnya.”

Setiap orang tua selalu mengharapkan anaknya cerdik, pandai dan arif melebihi anak lain. Para pakar menyatakan, sekalipun kearifan seorang anak sangat erat hubungannya dengan genetika bawaan, namun banyak sekali penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pembinaan setelah lahir juga merupakan faktor sangat penting yang tidak boleh diabaikan.

Merangsang pertumbuhan dengan pendidikan dalam kandungan

Para dokter menyatakan, bayi dalam kandungan usia tiga bulan sudah mempunyai perasaan, empat bulan sudah mampu merasakan suara dari luar. Suara dari luar ini akan terus merangsang organ indera anak dalam kandungan dan mendorong pertumbuhannya, mempunyai peran yang penting bagi pertumbuhan intelegensi. Pada dasarnya cerebral cortex (bagian otak yang penting untuk mengingat, memperhatikan, menyadari, berpikir, mengerti bahasa dan lain sebagainya) bayi dalam kandungan sudah terbentuk pada usia 5 – 6 bulan, bila pada masa ini diperdengarkan musik ataupun dilakukan pemijatan lembut pada bagian perut akan dapat meningkatkan pertumbuhan intelegensi sang anak.

Fondasi perkembangan intelegensi ditentukan pada masa anak-anak

Sejak bayi dilahirkan, ayah-bunda sudah mempunyai peran penting untuk mengajarkan pengetahuan dasar kepadanya. Kalau saja ayah bunda pada tahap ini dapat membimbing sang anak dengan murah hati, hormat dan penuh kasih sayang, maka bukan saja dapat meletakkan dasar kepribadian yang unik bagi sang anak, bahkan dapat membuat anak memiliki kemampuan belajar dan sikap bergaul yang baik. Dengan demikian, peran ayah bunda bukan hanya membesarkan, bahkan juga memikul tanggung jawab besar sebagai “guru pribadi”.

Para pakar menyatakan, “Anak-anak pada rentang usia 4 sampai dengan 13 tahun, karena belum banyak mengecap asam garam dunia, hatinya masih murni, merupakan masa dengan daya ingat yang paling kuat selama hidupnya. Jika pada masa keemasan ingatan ini memperoleh pendidikan yang baik, akan sangat bermanfaat bagi sepanjang hidupnya.

Sembilan rahasia membuat anak menjadi pandai
Penulis rubik khusus pendidikan, Korey Capozza, menyarankan sembilan cara untuk membina dan meningkatkan IQ (intelligence quotient ) anak.

1. Belajar Musik
Ini merupakan cara yang bagus untuk meningkatkan pembelajaran otak kanan dengan santai dan mudah. Menurut hasil penelitian Universitas Toronto, pelajaran musik dapat meningkatkan intelligence quotient dan prestasi sekolah seorang anak. Bahkan semakin lama dipelajari, hasilnya semakin jelas.

2. Beri minum Air Susu Ibu
Banyak penelitian ilmiah membuktikan bahwa air susu ibu (ASI) selain menyediakan berbagai macam zat gizi, juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan intelegensi bayi. Seorang bayi yang mengonsumsi ASI selama sembilan bulan secara nyata lebih pandai dari pada seorang bayi yang hanya mengonsumsi ASI selama satu bulan.

3. Tingkatkan kesehatan
Tim peneliti dari University of Illinois telah membuktikan hubungan antara kesehatan dan pelajaran anak di sekolah. Penelitian dari Oppenheimer Funds malah menunjukkan bahwa olah raga berkelompok bukan saja meningkatkan rasa percaya diri, membangun spirit kebersamaan, bahkan dapat memupuk kecakapan memimpin. Delapan puluh satu persen dari para direktris perusahaan pada saat masih kecil, semuanya pernah bergabung dalam suatu kegiatan organisasi.

4. Permainan
Memang ada banyak games yang bisa membuat pemainnya menjadi brutal, nyentrik ataupun malas berpikir. Namun juga ada sejumlah games yang dapat meningkatkan spirit bersosial, kreativitas dan inspirasi, bahkan ada yang dapat melatih anak untuk berpikir dengan bijaksana serta melatih kemampuan membuat rencana. Penelitian di University of Rochester juga menemukan bahwa anak kecil yang bermain games lebih berkemampuan dalam menemukan petunjuk rasa visual dalam belajar.

5. Menolak junk food
Kurangi mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, berpantang berbagai makanan berlemak tinggi dan junk food yang lain. Sebaliknya, banyaklah mengonsumsi makanan sehat bergizi tinggi, ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi dan motorik anak, terutama bagi bayi yang belum genap dua tahun, hal ini sangat penting. Misalnya, seorang anak harus mengonsumsi sejumlah zat besi untuk membantu pertumbuhan otak. Kalau kurang jumlahnya, penghantaran impuls syaraf akan melemah.

6. Memupuk rasa ingin tahu
Para pakar mengungkap, ketika orang tua mendorong anak untuk mempunyai pemikiran sendiri, sesungguhnya adalah sedang meng-arahkan mereka pada pentingnya menuntut pengetahuan. Menaruh perhatian yang besar terhadap minat anak, mengenalkan dan mengajarkan ketrampilan baru kepada mereka pada setiap ada kesempatan mendidik di luar rumah, semua ini merupakan cara yang baik sekali guna memupuk dambaan anak untuk menuntut pengetahuan.

7. Membaca
Sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang mengabaikan pentingnya membaca. Membaca merupakan cara meningkatkan intelligence quotient seseorang yang paling langsung dan efektif. Membacakan cerita untuk anak, menjadi anggota perpustakaan dan menambah koleksi buku bacaan semuanya merupakan cara yang baik untuk memupuk minat membaca seorang anak.

8. Makan pagi
Pepatah yang mengatakan burung yang bangun pagi akan mendapatkan makanan bukanlah tanpa dasar. Jauh sejak 1970, penelitian ilmiah menemukan seorang anak yang sarapan pada pagi hari memiliki ingatan yang lebih baik, lebih mampu berkonsentrasi dan juga mampu belajar lebih cepat. Dari pada sama sekali tidak makan pagi, makanlah sepotong kue atau minum segelas susu, hal ini akan sangat membantu dalam belajar.

9. Bermain permainan pengasah otak
Bermain catur, teka-teki silang atau permainan lain dapat merangsang intelegensi. Games Sudoku malah dapat memupuk cara berpikir yang bijaksana dan memupuk kemampuan memecahkan masalah.

Selain hal-hal di atas, pada saat seorang anak masih sangat muda harus sering diajak bercengkrama, mintalah anak mengingat perbendaharaan kata yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari ataupun mintalah anak menghafal, semua ini merupakan jurus piawai untuk membantu anak memupuk intelligence quotient.

Para pakar menyatakan, “Matikan tv, mintalah anak keluar rumah, mendekatkan diri dengan alam dan mengolah tubuh, merupakan salah satu metode terbaik untuk melatih anak menjadi pandai cekatan dan bertubuh sehat.” (Yu Meifeng/The Epoch Times/prn

Musik diciptakan untuk menyembuhkan penyakit

Musik yang indah dapat memodifikasi emosi, memurnikan jiwa, dan memberikan kenikmatan yang sempurna. Namun tahukah Anda pada awalnya musik diciptakan untuk menyembuhkan suatu penyakit? Hal ini dapat ditelusuri dari penciptaan karakter aksara Tiongkok, karena aksara untuk kata “pengobatan” (è—¥ yao) berasal dari kata “musik” (樂 yue).

Kemudian mereka menemukan bahwa tanaman herbal tertentu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, sehingga mereka menambahkan aksara radikal untuk kata “tanaman herbal” di atas karakter kata “musik”, dan mengubahnya menjadi kata yang bermakna “pengobatan”. Sedangkan fungsi asal musik itu sendiri adalah untuk merawat kesehatan.

Musik dapat menyembuhkan beragam penyakit, dan sekarang para peneliti medis sedang meneliti pada bidang ini. Janin mengenali suara ibunya sejak di dalam kandungan, dan bayi dapat mendengar bunyi denyut jantung, perkataan, dan nafas ibu mereka. Dewasa ini, bahkan ada “pendidikan selama masa kehamilan,” termasuk diantaranya mendengarkan musik.

Secara klinis, musik yang indah dapat memperbaiki emosi, mengatur pernafasan, dan mengelola organ bagian dalam. Para ilmuwan di Amerika Serikat telah menemukan bahwa frekuensi musik dapat mempengaruhi perasaan orang, menciptakan resonansi tertentu di dalam tubuh.

Efek dari irama musik berhubungan dengan pergerakan tubuh yang berbeda. Oleh karena itu irama musik dapat mengatur fisiologis tubuh manusia.

Para dokter ahli Tiongkok dengan seksama akan memilih masing-masing jenis komposisi musik untuk penyakit ringan yang berbeda. Musik Tiongkok kuno dibagi menjadi “musik jernih” dan “musik ortodoks.”

Tujuan musik ortodoks Tiongkok kuno adalah untuk memurnikan jiwa, oleh karena itulah mengapa musik Tiongkok kuno iramanya sangat lambat dan tenang. Mendengarkan musik jenis ini memberikan perasaaan spiritual yang damai

9 caRa jaGa keSehatan!!!

Orang jaman sekarang semakin memperhatikan kesehatan, namun seperti yang diketahui oleh umum, kesehatan tubuh harus dipelihara sendiri. Artikel di bawah ini ditulis khusus untuk The Epoch Times oleh Dr. W. Gifford-Jones pada 2008, berisikan beberapa saran yang dapat membantu memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut:

1. Hanya orang ceroboh saja yang berkirim SMS atau mengoleskan lipstik pada saat mengemudikan mobil. Hal ini merupakan salah satu sebab utama kematian di bawah usia 44 tahun. Untuk melindungi diri Anda sendiri dan anak Anda dari kecelakaan yang tidak semestinya, pasanglah alarm asap dan carbon monoksida (CO) di rumah Anda, letakkan barang-barang beracun agar bebas dari jangkauan anak-anak, kenakan baju pengaman pada saat bersampan, pakailah helm ketika bermotor, hal-hal ini jangan dipandang sebagai sekedar formalitas yang bodoh.

2. Bila beberapa hari Anda tidak berolah raga, mungkin akan merasa kurang nyaman. Saya akui saya amat sangat tidak menyukai jogging ataupun berjalan di atas alat treadmill, sebab itu saya putuskan untuk tidak melakukan olahraga sejenis ini, namun hal ini merupakan suatu kerugian.

Namun, menurut saya kalau memang sudah olahraga, maka pilihan yang terbaik adalah yang tidak bisa menimbulkan risiko bahaya. Sebab itu setiap minggu saya selalu berjalan beberapa kiloeter. Saat berjalan, saya perhatikan ada orang-orang yang bahkan lebih muda daripada saya, karena jogging ataupun melakukan olahraga lain yang banyak menekankan pelatihan persendian sehingga mengalami cedera dan harus menjalani perawatan penggantian persendian lutut ataupun tulang pangkal paha.

3. Pagi hari jangan menyantap junk food yang berkarbohidrat tinggi, makanan yang dikemas seperti sereal agak lebih aman. Disarankan mengonsumsinya untuk sarapan, dia mengandung belasan jenis serat katul. Terbukti dari penelitian yang dilakukan Universitas Harvard pemilihan ini dapat mengurangi risiko serangan jantung dan berat badan berlebih, juga dapat membantu mencegah sembelit.

4. Menurut laporan Universitas Ohio, bocai (sayuran mirip bayam) dan jenis sayuran berwarna hijau tua kaya akan zat anti oksidan, dapat membantu kita mencegah katarak. Terdapat bukti-bukti dari penelitian lain, sayuran berwarna hijau juga mengandung vitamin B, dia dapat mengurangi risiko stroke. Pendek kata, fakta-faktanya adalah, banyak mengonsumsi beraneka sayuran akan bermanfaat bagi kesehatan. Juga merupakan ide yang bagus bila ditambah mengonsumsi sedikit ikan yang mengandung fatty acid Omega-3.

5. Perlu mencegah kanker usus besar. Penderita mengatakan bahwa "pemeriksaan dengan colonoscopy sangat menyakitkan", memang terasa tidak nyaman untuk sementara, tapi dapat dikurangi dengan minum sedikit obat. Lagi pula, banyak ketidak nyamanan dalam hidup sangatlah tidak berarti bila dibandingkan dengan kematian karena kanker usus besar, se-bab itu janganlah ditunda-tunda. (Catatan dari penulis: usia yang disarankan untuk pemeriksaan colonoscopy adalah di atas 50 tahun).

6. Hindarilah berjabat tangan dengan orang lain. Bila kita berhasil membujuk setiap orang untuk sering mencuci tangan, maka penyebaran penyakit menular akan sangat berkurang. Hal ini juga dapat membantu kita menghadapi penyakit menular mematikan yang mungkin terjadi pada masa mendatang.

7. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan utama, setiap hari perlu dikonsumsi 500 mg. karena dia dapat memperlambat penuaan, misalnya menghindari gejala penuaan yang terlalu dini seperti katarak. Akhir-akhir ini Dr. Sydney Bush seorang ahli mata Inggris mengamati bahwa mengonsumsi Vitamin C kadar tinggi (3000~6000mg) setiap hari dapat mencegah pengerasan nadi (arteriosclerosis).

Sungguh ironis, peneliti-an terhadap kolesterol telah menghabiskan berpuluh-puluh juta dolar Amerika, sedangkan penelitian terhadap vitamin justru masih harus mengemis dana. Hewan dapat membuat sendiri vitamin C dalam tubuhnya, sedangkan manusia telah kehilangan kemampuan ini, sebab itu penyakit jantung telah menjadi pembunuh nomor wahid.

8. Jangan minum obat lebih dari yang dibutuhkan. Benarlah apa yang dikatakan Napoleon di St. Helena kepada dokternya, "Sekali meminum obat yang diresepkan, kita sangat mungkin terpaksa meminumnya lagi ratusan kali." Ingatlah, Anda tidaklah mungkin meminum obat tanpa dampak apa pun.

9. Biarkanlah Anda tidur dalam waktu yang cukup. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tidur 8 jam paling bermanfaat bagi kesehatan.

Kamis, 18 Desember 2008

ternyata MBAH SURIP masih berusia 50th...!!!

Pernah denger potongan lyric ini??

"Tak gendong kemana mana

Tak gendong kemana mana

enak to, mantep to?"


hahaha yupzz otuw lagunya MBAH SURIP!!

orang yang sudah lanjut usia dan punya suara ketawa yang khas ini nyiptain lagu baru, tentu saja bernuansa reggae..

Ini kabar yang agak mengejutkan buat para penggemar penyanyi bernama Mbah Surip. Ternyata, umur simbah 10 tahun lebih muda dari pengakuannya. Ya, dia masih 50 tahun.

Bermula dari sebuah email yang datang ke Redaksi KCM. Begini bunyinya: Beberapa kali saya melihat tampilan mbah Surip di stasiun TV maupun media koran harian, saya jadi teringat sahabat saya sewaktu sekolah dulu.

Saya lahir dan dibesarkan di sebuah kota di Jawa Timur tepatnya Mojokerto. Ketika itu saya sekolah di STM Brawijaya dan mempunyai teman yang memang hobby musik dan melawak.

Teman saya itu namanya mirip-mirip mbah Surip yaitu "Urip Aryanto". Beliau waktu sekolah STM Brawijaya (dari tahun 1975 s/d. 1977) giat sekali mengikuti lomba-lomba yang bersifat seni musik.

Apakah benar mbah Surip yang selama ini diliput adalah sahabat saya Urip Aryanto?

Bersama ini saya sertakan data saya, foto yang paling atas adalah saya (Henry sewaktu di STM), yang tengah adalah Urip Aryanto juga sewaktu STM.

Apabila terkaan ini salah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, seandainya benar saya mohon info lebih lanjut untuk bersilaturrahmi dengan beliau atau kalau ada alamat e-mailnya.

Terima kasih atas tanggapannya melalui e-mail ini.

Saat Mbah Surip dikonfirmasi, ternyata memang benar adanya. Bahwa nama aslinya adalah Urip Aryanto. Pernah sekolah di STM Brawijaya Mojokerto. Dan yang paling spektakuler adalah usianya. Sebab, Pak Henry yang sahabat Mbah Surip itu, mengaku usianya masih 47. Jadi, kira-kira usia tokoh kita Mbah Surip itu ya sama dengan Henry.

"Wah nggak, Aku lebih tua dari Henry," ujar Mbah Surip saat dihubungi lewat telepon pada Kamis malam (11/8).

Saat didesak, berapa kira-kira selisihnya, Mbah Surip bilang sekitar 3 tahun. Jadi, total jenderal umur Mbah Surip sekarang adalah 50 tahun.

"Terserah sampean saja mau ditulis berapa umur saya," jawab Mbah Surip ketika didesak umur dirinya berapa sebetulnya.
Jadi berapa persisnya, Mbah?
"Terserah sampean (anda) saja. Yang penting..."
Yang penting apa?...
"Yang penting I love you full.... he he he..."

Sabtu, 13 Desember 2008

100 Tahun Seni Lukis Modern Indonesia




Jejak panjang seni lukis modern Indonesia dirintis oleh Raden Saleh, lantas tumbuh dan berkembang sejak era naturalisme-realis Mooi Indie hingga kembalinya gejala Realisme Romantik abad 21.

BERBURU Banteng. Itulah judul salah satu lukisan legendaris hasil karya Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), pelukis pribumi Indonesia yang disebut-sebut sebagai perintis aliran seni lukis modern (modern art) di tanah air. Seni lukis modern ini berjarak dengan seni lukis tradisional yang telah tumbuh dan berkembang berabad-abad sebelumnya. Punya karakter dan ciri khas sendiri.

Pembentukan gaya seni rupa, pemilihan tema, pemakaian bahan lukisan serta fungsi kegunaannya berbeda dengan seni lukis tradisional. Raden Saleh melukis dengan maksud mengembangkan bakat seni pribadi atau potensi kreatif-artistik individu seniman, dengan wawasannya sebagai manusia budaya baru yang berpandangan universal.

Seni rupa modern tidak lagi memahat patung nenek moyang dan menatah serta menyinggung tokoh-tokoh pewayangan dalam bermacam-macam bentuknya : wayang beber, kulit, golek, krucil. Pendek kata, seni rupa modern Indonesia sama sekali bersifat baru.

Seni lukis modern sesungguhnya dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia pada sekitar abad 17. Hanya saja, perintisan seni lukis modern ini bagi bangsa Indonesia berlangsung ”secara tidak sengaja” atau ”tanpa direncanakan” mengingat terjadinya perintisan di tengah-tengah kegelapan dari zaman penjajahan, sebelum adanya kemerdekaan. Dus, ini tentu saja tidak masuk dalam kesadaran budaya mengimgat Indonesia saat itu masih merupakan bangsa terjajah.
MASA PERINTISAN
Raden Saleh memang perintis seni lukis modern yang kesepian. Lahir dari rahim seorang ibu bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, Raden Saleh sejak kecil telah menampakkan bakat melukis yang kuat. Saat itu dia tinggal di daerah Terbaya, dekat Semarang dan sejak usia 10 tahun, dia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, pada orang-orang Belanda atasannya di Batavia.

Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School). Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda.

Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya.

Kebetulan pula di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan lantas berinisiatif memberikan bimbingan.

Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.

Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826) setelah ia melihat karya Raden Saleh.

Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda.

Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa,Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.

Penguasaan teknik seni lukis masa akhir Renaissance Eropa yang bercorak realistis-naturalistis dengan jiwa romantis itu dilanjutkan oleh generasi pelukis Indonesia sepeninggal Raden Saleh. Ciri khasnya adalah lebih banyak mengambil tema kehidupan kaum bangsawan dan kehidupan binatang. Kepiawaian teknik, bentuk, karakter, terang gelap dan seterusnya, yang diterapkan dalam karya seni lukis tersebut, menjadi perhatian bagi pelukis-pelukis lain di Indonesia.

Yang menarik, ada masa kekosongan yang cukup lama sejak wafatnya Raden Saleh pada 23 April 1880 di Bogor. Dia memang tak mempunyai murid atau kawan yang mampu meneruskan bakat melukisnya. Yang tertinggal ada hasil karyanya. Diantaranya yang masih utuh adalah lukisan berjudul : Seorang tua dan Bola Dunia (1835), Berburu Banteng (1851), Bupati Majalengka (1852), Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857), Harimau Minum (1863) dan Perkelahian dengan Singa (1870).

ERA MOOI INDIE

Baru kemudian pada awal abad ke-20, muncullah sejumlah nama pelukis Indonesia yang dianggap pelanjut Raden Saleh. Masih sedikit jumlahnya, namun terbatas kemampuannya pada pelukisan keindahan alam. Mereka adalah R Abdullah Suriosubroto (1878-1914), Wakidi (1889-1979) dan Raden Mas Pirngadi (1875-1936). Ketiga pelukis itu lazim disebut masuk dalam mazhab Hindia Molek atau Mooi Indie.

Tiga pelukis itu hidup berjauhan satu sama lain. Abdullah menetap di Bandung (Jawa Barat), Wakidi di Padang (Sumatera Barat) sedangkan Pirngadi menetap di Jakarta. Mereka berkarya tanpa pernah saling bertemu satu sama lain dan kemungkinan juga tidak banyak mengetahui karya satu sama lainnya. Hanya saja, tema yang dilukis mirip yaitu berupaya menampilkan keindahan alam Indonesia.

Mazhab Hindia Molek (1925-1938) ini tumbuh dan berkembang hingga menjelang kedatangan bala tentara Jepang. Saat itulah sejumlah pelukis pribumi Indonesia sedang belajar di berbagai sekolah, menempa diri dan mulai berkarya secara pribadi. Alirannya sungguh berbeda dari para pelukis era Hindia Belanda. Hanya saja mereka belum menonjol saat itu, atau sibuk dalam pergerakan nasional.

Pelukis R Abdullah Suriosubroto adalah putera Dr Wahidin Sudirohusodo, perintis pergerakan nasional ”Budi Utomo”. Tetapi berlainan dengan ayahnya, Abdullah sama sekali tidak tertarik dengan dunia pergerakan, dia mengambil jalan hidup berbeda. Dia berkesempatan belajar di negeri Belanda mengikuti tujuan ayahnya supaya Abdullah menempuh studi kedokteran, tetapi sesuai kenyataannya Abdullah malah belajar seni lukis di Den Haag.

Dalam melukis pemandangan alam, Abdullah dan Wakidi nampak lebih produktif maupun berkemampuan dibanding dengan Pirngadi yang tersita oleh pekerjaan rutinnya sebagai ilustrator museum antropologi di Jakarta. Abdullah wafat pada 1914, namun pekerjaannya sebagai pelukis aliran realis-naturalis nantinya dilanjutkan oleh puteranya, Basoeki Abdullah (1915-1993).

Wakidi (1889-1979) adalah pelukis berusia panjang. Wakidi yang orang tuanya asal Semarang, namun dia sendiri lahir di Plaju, Sumatera Selatan ini memilih untuk menetap di Sumatera Barat. Dia memperoleh pendidikan di Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) yang berdiri sejak 1837 di Bukittinggi. Di sekolah inilah Wakidi mendalami pelajaran menggambar dan melukis (1903).

Mengingat kemampuan luar biasa yang dimiliki Wakidi di usia mudanya, setamat disana, dia memperoleh tawaran menjadi guru lukis dan menggambar untuk membina dan mengasuh anak-anak pribumi yang menempuh pendidikan di Kweekschool. Diantara murid Wakidi tercatat tokoh proklamator Bung Hatta dan mantan Ketua MPRS Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.

Tidak hanya di Kweekschool, beberapa tahun kemudian Wakidi ditawari menjadi guru di INS Kayutanam, yang didirikan M. Syafei pada tahun 1926. Di INS Wakidi ternyata juga disukai dan disenangi puluhan bahkan ratusan murid dan pengikut-pengikutnya.

Diantara murid-muridnya terdapat tokoh berkesinambungan yang berkiprah dalam peta seni lukis nasional seperti Baharuddin MS, Syamsul Bahar, Mara Karma, Hasan Basri DT. Tumbijo, Nasjah Jamin, Montingo Busye, Zaini, Nashar, Ipe Makruf, Alimin Tamin, Nuzurlis Koto, Arby Samah, Muslim Saleh, Mukhtar Apin, AA Navis, Mukhtar Jaos, Osmania dan banyak lagi hingga ke tokoh-tokoh muda saat ini.

Adapun Basoeki Abdullah (1915-1993) memang tak pernah melihat wajah sang ayah. Namun setelah dewasa Abdullah yunior ini bertekad melanjutkan garis karya ayahnya. Dia menyelesaikan studinya di sekolah Katolik Solo untuk kemudian melanjutkan pendidikan seni lukisnya di Academic Voor Beldeende Kunsten sebagaimana mendiang ayahnya. Sebagai penganut mazhab Hindia Molek, dia bertindak lebih maju.


Basoeki Abdullah rajin menggelar pameran lukisan di berbagai kota besar di Jawa dengan menampilkan karya-karya potret, pemandangan alam dan lukisan binatang. Jadi, dia pelukis pertama sesudah Raden Saleh yang mampu melukis manusia. Tampak diantara model lukisan potretnya adalah Gusti Nurul dari Istana Mangkunegaran, Surakarta dan Sri Paku Alam dari Yogyakarta.

Selain Basoeki Abdullah, para pelukis lain yang masih meneruskan gaya realisme adalah R.M. Surjo Subanto yang juga berkesempatan belajar di negeri Belanda dengan beberapa karyanya, seperti potret ”Wanita dalam Baju Kurung” dan “Gadis Bermain Gitar”. Ada pula nama-nama seperti Lee Man Fong, Soedarso, S Sudjojono, Affandi Koesoema dan Rustamdji. Para pelukis ini juga merupakan bagian salah satu dari gabungan dalam sanggar-sanggar seni lukis Indonesia, seperti ada yang tergabung dalam sanggar Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia 1938-1942), Poetera (Poesat Tenaga Rakyat), SIM (Seniman Indonesia Muda), dan sebagainya.

Hanya saja, dengan muncul dan berkembangnya beberapa sanggar seni lukis di Indonesia, maka tema-temanya pun mengalami perkembangan -- tidak lagi terbatas pada keindahan alam, binatang dan potret manusia saja. Mulailah muncul lukisan yang bersifat kritis-realis yang melukiskan soal-soal kehidupan dan penderitaan rakyat sehari-hari seperti kehidupan orang cacat, orang miskin, pengamen, kaum buruh, hingga petani.

ERA PERSAGI

Zaman pergerakan yang ditandai dengan terselenggaranya Sumpah Pemuda 1928, dan pecahnya Perang Asia Timur dengan Jepang sebagai pemenangnya mempengaruhi geliat seni lukis di tanah air. Mazhab Mooi Indie lantas dikecam dan dikritik habis, dianggap hanya mengabadikan keindahan alam Indonesia saja dan kurang tanggap terhadap kenyataan di sekitarnya yang tidak semuanya indah, serba enak, tenang dan damai.

Di sisi lain, pengembangan pada teknik melukis sangat diperhatikan pada masa itu, sehingga seni lukis realisme Indonesia makin memiliki identitas pribadi. Paska Sumpah Pemuda, terjadilah polemik kebudayaan yang riuh rendah dalam media massa. Terutama pada kurun waktu 1935-1939. Para pelukis tidak mau ketinggalan dan ikut ambil bagian. Tokoh-tokoh semacam Lee Man Fong, Ui Tiang Un, Henk Ngantung, Siauw Tik Kwie, Pirngadi, Subanto, Imandt, Jan Frank, Rudolf Bonnet ikut pula berdebat.

Sindudarsono Sudjojono (1913-1986) dan Affandi Koesoema (1907-1990) adalah dua tokoh yang paling menonjol pada masa itu. Berbeda dengan Affandi yang pendiam, Sudjojono adalah tokoh yang keras dan pemberang. Selain sebagai pelukis, dia juga kritikus seni lukis berlidah tajam. Pak Djon – begitu panggilan akrabnya – kerap mengecam Basoeki Abdullah sebagai tidak nasionalistis, karena hanya melukis perempuan cantik dan pemandangan alam. Kritik Pak Djon itu tentu saja membuat berang Basoeki.

Pak Djon dan Basoeki kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan, bagai air dan api, sejak 1935. Namun di luar itu, Pak Djon yang memang memulai karirnya sebagai seorang guru sekolah menengah dianggap pionir yang mengembangkan seni lukis modern khas Indonesia. Pengikut dan muridnya banyak, sehingga komunitas seniman, menjulukinya sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru.

Pak Djon lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa, buruh perkebunan di Kisaran, Sumatera Utara. Namun sejak usia empat tahun, ia menjadi anak asuh. Yudhokusumo, seorang guru HIS, tempat Djon kecil sekolah, melihat kecerdasan dan bakatnya dan mengangkatnya sebagai anak. Yudhokusumo, kemudian membawanya ke Batavia pada 1925. Djon menamatkan HIS di Jakarta. Kemudian SMP di Bandung dan SMA Taman Siswa di Yogyakarta. Dia pun sempat kursus montir sebelum belajar melukis pada RM Pirngadi selama beberapa bulan dan pelukis Jepang Chioji Yazaki di Jakarta.

Bahkan sebenarnya sedari awal dia lebih mempersiapkan diri menjadi guru para calon pelukis. Dia sempat mengajar di Taman Siswa. Setelah lulus Taman Guru di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta, ia ditugaskan Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Madiun pada 1931. Namun, Sudjojono yang berbakat melukis dan banyak membaca tentang seni lukis modern Eropa, itu akhirnya lebih memilih jalan hidup sebagai pelukis profesional.

Pada 1937, dia pun ikut pameran bersama pelukis Eropa di Kunstkring Jakarya, Batavia. (Jakarta). Keikutsertaannya pada pameran itu, sebagai awal yang mempopulerkan namanya sebagai pelukis. Setelah itu, bersama pelukis Agus Djaja, Abdulsalam, Rameli, dan beberapa pelukis yang bekerja untuk bidang reklame di percetakan, dia mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Usia Persagi tidak panjang. Dibentuk 23 Oktober 1938 di salah satu Sekolah Dasar Jakarta di Gang Kaji dan bubar karena dipaksa Jepang pada 1942.

Di Persagi, Pak Djon menjadi Sekretaris dan sekaligus Juru Bicaranya. Diangkat sebagai Ketua adalah Agus Djaja dengan anggota-anggota L Setijoso, Rameli, Abdulsalam, S Sudiardjo, Saptarita Latif, H Hutagalung, S Tutur, Sindusisworo, T.B. Ateng Rusy’an, Syuaib Sastradiwirja, Sukirno dan Surono. Pelukis Wakidi di Padang dan Hendrodjasmoro di Yogyakarta merupakan anggota di luar Jakarta.

Semboyan ekstrim Persagi adalah : Teknik tidak penting. Yang penting isi jiwa ini tumpahkan di atas kanvas !

Lukisan Sudjojono punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol pada pemandangan alam, sosok manusia, serta suasana. Pemilihan objek itu lebih didasari hubungan batin, cinta, dan simpati sehingga tampak bersahaja. Lukisannya yang monumental antara lain berjudul : Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Go Meh, Pengungsi dan Seko.

Ketiga pelukis itu yakni Basoeki Abdullah, Sindudarsono Sudjojono dan Affandi itu hingga kini dianggap sebagai ikon maestro seni lukis Indonesia. Beberapa bulan sebelum Pak Djon meninggal di Jakarta, 25 Maret 1985, pengusaha Ciputra mempertemukan Pak Djon dan Basuki bersama Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Sehingga Menteri P&K Fuad Hassan, ketika itu, menyebut pameran bersama ketiga raksasa seni lukis itu merupakan peristiwa sejarah yang penting.

TENTANG AFFANDI

Affandi sendiri adalah kelahiran Cirebon pada 1907. Dia putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Pendidikan formalnya cukup tinggi, mulai dari HIS, MULO hingga AMS di jaman Belanda. Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh bidang lainnya.

Pada umur 26 tahun, pada 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung bersama Hendra Gunawan, Barli, Sudarso dan Wahdi.

Wahdi adalah salah satu pelukis yang belajar langsung dari Abdullah Suriosubroto, ayah dari Basoeki Abdullah. Kelompok Lima Bandung pimpinan Affandi ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini menjadi sebuah sebuah kelompok belajar bersama dan kerja saling membantu sesama pelukis yang ada di Bandung, termasuk sejumlah pelukis yunior.

Dalam melukis Affandi melangkah dengan lebih mengutamakan kebebasan berekspresi. Dilandasi jiwa kerakyatan, Affandi tertarik dengan tema kehidupan masyarakat kecil. Teknik melukis bentuk bahkan yang cenderung memperindah obyeknya seperti yang dilakukan angkatan Moi India atau India Jelita, dirasakan Affandi tidak mewakili kondisi masyarakat dengan kemelaratan akibat penjajahan.

Dengan pengalaman dan melihat kondisi masyarakat yang menderita, Affandi lebih tergugah mengungkapkan lewat tumpahan dan goresan warna kusam dan tema kemelaratan. Pengamatan terhadap sensitivitas lingkungan diungkapkan secara lugas, sehingga karyanya yang berjudul ”Pejuang Romusha” (1943) yang menampilkan rakyat dalam kemelaratan tidak disukai penguasa Jepang.

Humanisme Affandi terlihat juga pada karyanya ”Dia Datang, Menunggu, dan Pergi” (1944). Dalam karya ini ditampilkan seorang pengemis yang baru datang, kemudian meminta, lalu pergi. Raut muka pengemis yang kurus dengan pakaian lusuh, namun dari sisa ketegarannya masih bersemangat menjalani kehidupan walaupun dengan mengemis. Pengamatan Affandi seperti ini menunjukkan keprihatinan jiwanya terhadap penderitaan sesama antara anak bangsa. Tema-tema kerakyatan menjadi dominasi dalam karya-karya Affandi.

Memang, saat jaman penjajahan Jepang (1942-1945), para pelukis hidup susah seperti kebanyakan rakyat pada umumnya. Meski Persagi dibubarkan, aspirasinya tetap hidup karena wibawa Pak Djon dan Agus Djaja yang memberikan tuntutan melukis di jaman penjajahan yang singkat namun bengis itu. Prinsip mazhab Persagi tetap hidup yaitu untuk tidak terlalu menghiraukan teknik lukis, selain lebih dahulu berani melukis.

Beberapa tokoh muda pelukis muncul di jaman Jepang yakni Otto Djaja, Kusnadi, Kartono Yudokusumo, Baharuddin, Harjadi S, Njoman Ngendon. Mereka inilah yang nantinya menghidupkan sanggar-sanggar lukisan yang menjamur di awal kemerdekaan (1945-1950-an) dan menjadi tempat penghidupan para pelukis.

Pak Djon selama jaman Jepang diserahi memimpin Bagian Kebudayaan dari Poetera, singkatan dari Poesat Tenaga Rakyat yang dipimpin empat serangkai : Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mansyur. Affandi sempat berpameran tunggal pada jaman ini, dengan izin dan perlindungan dari Pak Djon pada 1943. Setelah itu pameran tunggal karya-karya Kartono Yudhokusumo, Basoeki Abdullah dan Njoman Ngendon digelar pula secara berurutan.

ERA REVOLUSI

Berakhirnya penjajahan Jepang dan tibanya Hari Kemerdekaan telah menggairahkan kehidupan para pelukis. Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ikut ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain ”Merdeka atau mati !”. Itulah hasil karya anak-anak ex Persagi. Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945.

Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster itu idenya dari Bung Karno, gambar orang yang dirantai tapi rantai itu sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Lalu kata-kata apa yang harus ditulis di poster itu? Kebetulan muncul penyair Chairil Anwar. Soedjojono lantas menanyakan kepada Chairil soal itu, maka dengan enteng Chairil ngomong : ”Bung, ayo Bung !” Dan selesailah poster bersejarah itu. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.

Usut punya usut. Dari manakah Chairil memungut kata-kata itu? Ternyata kata-kata itu biasa diucapkan pelacur-pelacur di Jakarta yang menawarkan dagangannya pada zaman itu ! Wah, wah, wah.

Era revolusi kemerdekaan di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah tema-tema kerakyatan. Obyek lukisan yang hanya berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang kurang cocok dan anti revolusi. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.

Di masa revolusi Basoeki Abdullah tidak berada di tanah air. Bisa jadi karena dia merasa terpojok pada serangan-serangan pedas pada karya-karyanya. Dia mendalami seni lukis di Eropa. Sempat pula dia bermukim di Italia dan Prancis untuk belajar langsung dari para pelukis dengan reputasi dunia.

Pada 6 September 1948 bertempat di Amsterdam sewaktu peringatan penobatan Ratu Belanda, digelar sayembara melukis, dan Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan Amerika. Dia berhasil keluar sebagai pemenang.

Basoeki banyak mengadakan pameran tunggal baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain karyanya pernah dipamerkan di Bangkok (Thailand), Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya lukisan Basoeki Abdullah. Hampir separuh hidupnya dihabiskan di luar negeri diantaranya beberapa tahun menetap di Thailand dan diangkat sebagai pelukis istana Raja Bhumibol Adulyadej.

Di tanah air, dengan kepindahan ibukota negara ke Yogyakarta, sejumlah seniman terkemuka dari Jakarta dan Bandung turut juga hijrah. Pada 1946 berdirilah sanggar Seniman Masyarakat di Yogyakarta dipimpin oleh Affandi sebagai perkumpulan seni lukis pertama yang potensial. Tidak lama kemudian, namanya diganti menjadi Seniman Indonesia Muda (SIM) dan kali ini pimpinan beralih ke S. Sudjojono.

Para pelukis era SIM saat itu adalah Affandi, S Sudjojono, Hendra, Sudarso, Trubus, Dullah, Kartono Yudhokusumo, Basoeki Resobowo, Rusli, Harjadi, Surono, Suromo, Abdulsalam, D Joes dan Zaini. Pameran sebagai hasil melukis bersama digelar pada waktu-waktu tertentu dalam sanggar saja.

Pada 1947 sebagian anggota SIM pindah ke Surakarta, termasuk S Sudjojono, sang Ketua. Anggotanya bertambah dengan Trisno Sumardjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto, Mardian, Wakidjan dan Srihadi. Terbit pula satu majalah seni rupa dengan nama Prolet Kult. Lantas pada tahun yang sama, Affandi, Sudarso, Sudiardjo, Trubus dan Sasongko berpisah dari SIM dan bersama dengan anggota baru seperti Kusnadi dan Sudjana Kerton mendirikan perkumpulan bernama Pelukis Rakyat.

LEKRA DAN MANIKEBU

Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto dan C.J. Ali bergabung pula dalam Pelukis Rakyat. Dan pada 1948, Pelukis Rakyat menggelar pameran pertama dri cabang baru seni rupa Indonesia di pendopo timur Museum Sonobudoyo. Dua tahun kemudian, pada 1950 sebagian anggotanya seperti Nasjah Djamin, Bagong Kussudiardja, Kusnadi, Sumitro, Saptoto keluar dari Pelukis Rakyat karena tidak suka dengan pengaruh Lekra.

Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat adalah organisasi kebudayaan terbesar yang dekat dengan Presiden Soekarno. Affandi pernah menjadi salah satu pimpinan dan masuk di bagian seni rupa bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya. Bersama pelukis Sholihin, Rubai dan umaryo L.E. para anggota Pelukis Rakyat yang keluar ini kemudian mendirikan perkumpulan yang ingin terbebas dari Lekra bernama Pelukis Indonesia.

Perkumpulan seni lukis lain yang sudah berdiri di Yogyakarta sejak 1945, dengan kegiatan mengadakan kursus menggambar serta pembuatan poster-poster adalah Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) dengan Ketuanya Djajengasmoro dan anggota-anggota Sindusisworo (ex Persagi), Indrosugondo dan Prawito. Meski berbeda perkumpulan, mereka kerap menggelar pameran bersama. Pada 1948, misalnya, SIM dan Pelukis Rakyat mengadakan pameran bersama.

Sekolah Menengah Guru Gambar didirikan di Yogyakarta oleh Djajengasmoro bersama R.J. Katamsi yang juga banyak melahirkan kader-kader pelukis muda. Di Surakarta berdiri pula Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dengan Ketuanya Dr Moerdowo sejak 1945 dan perkumpulan seni lukis Pelangi yang diketuai Sularko antara 1947 – 1949.

HBS ini berusia panjang, bahkan di penghujung tahun 1980-an berusaha direvitalisasi dengan menggelar pameran akbar karya para anggotanya seperti Jeihan, Didik Suardi, Remy Silado, Srihadi Sudarsono dan lain-lain. Para anggota HBS kini tersebar di segala penjuru Indonesia.

Adapun di Bandung, setelah era Affandi dengan kelompok Lima-nya, berdiri pula perkumpulan-perkumpulan pelukis lain seperti Jiwa Mukti dan Pancaran Cipta Rasa dengan ketua masing-masing Barli dan Abedy. Kartono Yudhokusumo mendirikan pula Sanggar Seniman Bandung (SSB). Nasjah Djamin sebelum ke Jogjakarta sendiri sebelumnya di Medan pernah mendirikan Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) bersama Hasan Djafar dan Hussein, dengan Ketua Ismail Daulay.

Selain ASRI, ada pula perkumpulan pelukis lain di Medan yang diketuai oleh Dr Djulham dengan anggotanya antara lain Tino Sidin. Tino Sidin ini belakangan hijrah ke Jakarta dan sering siaran di TVRI dalam acara menggambar untuk anak-anak. Adapun di Bukit Tinggi (Sumatera Barat), pada 1946 berdiri perkumpulan Seniman Muda Indonesia, disingkat SEMI yang diketuai Zetka dengan anggota antara lain A.A. Navis dan Zanain.

Sementara di Jawa Timur, sejumlah pelukis mendirikan Gabungan Pelukis Muda di Madiun dengan Ketuanya Widagdo dan pada 1952 berdiri pula Sanggar Prabangkara di Surabaya dengan Ketuanya Karyono Ys,

Pada 1952, maraknya perhimpunan pelukis berlanjut dengan berdirinya Pelukis Indonesia Muda (PIM) di bawah pimpinan Gregorius. Sidharta dan Widayat di Yogyakarta. Anggotanya kebanyakan mahasiswa-mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), kini menjadi Fakultas Seni Rupa di Institut Seni Indonesia (ISI). Di Surabaya, pada tahun yang sama

Seusai revolusi fisik, Affandi kembali ke Jakarta dan mendirikan perkumpulan Gabungan Pelukis Indonesia dengan anggota-anggota antara lain Sutiksna, Nasjah Djamin, Handrio, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Effendi dan Trisno Sumardjo. Lee Man Fong, pelukis dari era sebelum penjajahan Jepang mendirikan organisasi pelukis keturunan Tionghoa, Yin Hua pada 1955. Ada 100 lebih pelukis tergabung disitu dan aktivitasnya ramai.

Beberapa anggota Yin Hua ikut mewarnai sejarah seni lukis Indonesia. Selain Lee Man Fong yang karya-karyanya unik karena memiliki dua gaya (Barat dan Chinese Art), ada pula karya-karya atraktif dari Lim Wasim, Wen Peor, Lie Tjoen Tjay, Siauw Swi Tjing (kemudian merubah nama menjadi Chris Suharso), Samboja serta Liem Tjoe Ing.

Disusul pada 1959, berdiri pula Sanggar Bambu dengan pimpinan Sunarto Pr dan Mulyadi W. Anggota-anggota Sanggar Bambu antara lain adalah Syahwil, Danarto, Arif Sudarsono dan Wardoyo. Ini adalah perkumpulan pelukis paling penting pada era 1950-1960-an karena memiliki ciri khas sendiri. Sanggar Bambu melahirkan gaya dekoratif pada lukisan dengan garis serba meliuk, ornamental dan didominasi bentuk datar.

Desakan dan tekanan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang secara resmi mendesak para seniman, budayawan dan pelukis untuk secara agitatif memasukkan cita kerakyatan versi gerakan komunis membuat suasana kebebasan berekspresi sedikit terganggu. Lekra didominasi para pelukis di Jakarta. Kelompok ASRI dan Sanggar Bambu di Jogjakarta serta kubu seni lukis Bandung tentu saja tak menerima realitas ini. Mereka melawan.

Sesungguhnya Lekra menunggangi idealisme S Sudjojono, Affandi dan Hendra Gunawan soal seni kerakyatan. Seni lukis yang bercita kerakyatan yang sesungguhnya berkonotasi netral dan biasa, dipakai sebagai corong politik. Lekra memasukkan gagasan tentang peranan kesenian, termasuk seni lukis, dalam perjuangan kelas. Seni lukis pada saat itu menjadi alat politik kelompok dominan yakni PKI.

Gerakan Manifesto Kebudayaan pun lahir pada 17 Agustus 1963. Gerakan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950-an memilih untuk membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda sebagaimana didengungkan Lekra, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya.

Manifestasi Kebudayaan (Manikebu) itu ditentang sengit oleh Lekra, dan celakanya Presiden Soekarno membela Lekra. Bung Karno menganggap pernyataan tersebut melemahkan semangat revolusi. Lalu diganyanglah Manikebu. Dan para pelukis yang mendambakan kebebasan kreatif, dihambat lajunya. Yang punya jabatan dan membela manikebu dicopot dari jabatannya.

Meski kurun waktu ini penuh kemelut, sebuah tonggak sejarah seni lukis sempat dilahirkan yaitu terbitnya kitab seni lukis bersejarah berjudul : ”Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Presiden Soekarno”. Ini adalah kitab seni rupa yang besar, yang hingga kini belum ada yang mampu menandinginya. Buku tersebut untuk jilid I dan II terbit pada 1956, dan jilid III dan IV terbit pada 1959.

Buku babon seni lukis yang dibuat atas dasar perintah Bung Karno itu memuat 384 reproduksi koleksi seni Presiden Soekarno dan disusun oleh Dullah, pelukis istana. Pada 1964 buku itu dicetak ulang dengan sejumlah reproduksi karya. Untuk edisi ini jumlah kitab menjadi lima seri. Yang ke 4 berisi 400 lukisan. Dan yang 1 jilid berisi 167 patung dan porselen koleksi Presiden Soekarno. Kitab yang diedarkan ke seluruh dunia ini disusun oleh Lee Man Fong, yang juga salah satu pelukis istana pada masa jabatan berikutnya.

Buku tersebut amat berarti bagi perkembangan seni lukis Indonesia. Karya-karya bagus Abdullah Suriosubroto, Basoeki Abdullah, Affandi, Hendra Gunawan, S Sudjojono, Dullah, Wakidi ada di sana. Ada pula karya pelukis kelas dunia seperti Diego Rivera. Juga karya pelukis asing yang pernah memberikan spirit pada dunia seni lukis Indonesia seperti Rudolf Bonnet, Antonio Blanco, Arie Smit. Buku ini berjasa besar sebagai referensi berharga bagi dunia seni lukis.

ERA ORDE BARU

Pada 30 September 1965 meletus Gerakan 30 September. Dan serentak dengan itu, perjalanan politik Indonesia segera berbalik. Lekra pun bubar. Dengan begitu, faham yang meletakkan politik sebagai panglima dalam kesenian, termasuk seni lukis, juga terhapuskan. Para pelukis di berbagai kota kembali menikmati kebebasan menciptanya, tanpa perlu diganggu berbagai agitasi. Seni lukis kembali ke seni lukis.

Setahun kemudian, pada 1966 sejumlah seniman yang bergabung dalam Grup Sebelas Seniman Bandung muncul dalam pameran besar di Jakarta. Mereka antara lain adalah Achmad Sadali, But Mochtar, Popo Iskandar dan Srihadi Sudarsono. Semuanya adalah pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa. Aliran mereka jauh dari realisme sosial dan mengarah pada kubisme atau abstraksionisme.

Aktivitas kebebasan ekspresi melukis ini terus berlanjut dengan pameran lukisan di Gedung Pola, Jakarta pada April 1968. Sejumlah nama besar ambil bagian diantaranya Agus Djaja (mantan Ketua Persagi jaman Jepang), Otto Djaja dan Affandi. Kemudian yang lebih muda adalah Kusnadi, Srihadi Sudarsono, Suparto, Zaini dan Oesman Effendi. Serta yang generasinya di bawah mereka seperti Mustika dan Mulyadi.

Sejak itulah pameran demi pameran berlangsung tanpa pernah berhenti. November 1968 digelar Pesta Seni di Taman Ismail Marzuki (TIM), yang baru saja diresmikan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Ada 132 lukisan karya pelukis pilihan dari Yogyakarta, Jakarta dan Bandung ditampilkan di ruang pamer. Kekayaan corak para pelukis makin beragam dan makin berkembang. Realisme, Surealisme, Impresionisme, abstraksi, kubisme semua ada dan ambil bagian.

Sejumlah pengajar perguruan tinggi Seni Rupa juga ingin unjuk gigi. Pada 1969 digelar pameran bersama antara dosen ASRI Jogjakarta bersama dosen Seni Rupa ITB Bandung di Jakarta. Tampil saat itu Bagong Kussudiardjo, Budiani, Edhi Sunarso, Widayat, Fadjar Sidik, Abas Alibasyah, Mujitha kesemuanya dari Jogja, dan Erna Pirous, Rustam Arief, Imam Bukhori, Sanento Yuliman, T Sutanto, Umi Dahlan dan Haryadi Suadi, wakil dari Bandung.

Pameran bersama itu tampaknya hendak meredakan pertentangan dan pergulatan seru dua kubu seni lukis antara formalisme modernis ala ITB dan ekspresionisme nasionalis ala ASRI Jogjakarta yang terbentuk diantara mereka pada masa tersebut.

Era 1970-an adalah era kemapanan. Banyak pelukis yang mampu berpameran tunggal. Padahal, sesuai konvensi yang ada di lingkungan komunitas pelukis, bila ada pelukis yang melakukan pameran tunggal, maka dia akan segera terangkat sebagai sosok yang lebih menggenggam citra pelukis profesional. Pelukis-pelukis seperti Nashar, D.A. Peransi, Zaini, Popo Iskandar serta Mustika membuktikan hal itu.

Surabaya yang selama ini jarang ambil bagian dalam hiruk pikuk pameran seni lukis mulai bangkit pada era 1970-an. Muncul sejumlah nama yang amat menjanjikan. Kelompok ini bernaung di bawah bendera Kelompok Aksera atau Akademi Seni Rupa Surabaya. Diantara tokoh-tokohnya adalah Gatot Kusumo, Amang Rahman, O.H. Supono, Daryono dan Krishna Mustajab.

Hanya saja, Nashar, Zaini dan Popo Iskandar menjadi nama-nama pelukis yang menonjol dan terkuat pada era 1970-an. Rajin berpameran dan lukisannya diburu para kolektor. Tentu banyak yang lain yang juga patut dibicarakan, seperti karya-karya Srihadi Sudarsono, A.D. Pirous, O.H. Supono, Oesman Effendi dan sebagainya. Namun karya Nashar, Zaini dan Popo Iskandar mewakili semangat era 1970-an, yakni lirisisme dan berkembangnya generasi abstrak dan imajinatif, terutama Nashar dan A.D Pirous.

Lirisisme pada seni lukis memiliki arti : getar perasaan atau emosi pelukis menjadi subyek utama yang menghidupi kanvas-kanvas.

LIRISISME VERSUS ANTI LIRISISME

Akan tetapi dominasi itu mendapat tantangan dari generasi pelukis yang lebih muda. Mereka terbawa oleh iklim progresif yang melanda sejumlah perguruan tinggi seni baik di Jakarta, Bandung, Yogyakarta maupun Surabaya. Gejala yang menonjol dari progresivitas itu adalah munculnya bentuk-bentuk geometris dan matematis pada kanvas-kanvas pelukis muda.

Itulah yang ditampakkan oleh pelukis-pelukis muda seperti Nanik Mirna, Harsono, Wardoyo Sugianto, Agustinus Sumargo lewat beberapa kali pameran mereka di Solo dan Jogjakarta. Di Bandung, Sugeng Santoso dan Anyool Broto juga menciptakan tema seni lukis yang sejalan. Sedangkan pelukis J Eka Suprihadi, Suatmadji dan Abdul Kholim melaju ke seni kolasi dan asemblasi.

Pada 1973, Danarto menggebrak di TIM dan sekaligus menciptakan monumen gejala lirisisme versus progresivitas ini dengan pamerannya yang kontroversial. Dia menggelar sejumlah kanvas kosong putih tanpa pigura. Danarto mengatakan kepada publik bahwa ia memaksudkan karyanya sekaligus sebagai arsitektur, lukisan dan patung. Benturan ini akhirnya melahirkan polarisasi lirisisme dan antilirisisme dalam seni rupa Indonesia.

Penyelenggaraan Biennale, atau pameran seni lukis dwi warsa (dua tahunan) di Jakarta mulai digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada 1974. Pada pameran itu dipajang ratusan lukisan karya pelukis Indonesia untuk dilombakan. Pameran biennale ini juga memilih lima lukisan untuk diangkat sebagai yang terbaik. Muncullah lima nama dengan lima karya yang dianggap terbaik.

Kelimanya adalah Karya Irsam berjudul ”Matahari di atas Taman”, karya Widayat berjudul ”Keluarga”, karya Abas Alibasyah dengan judul ”Lukisan Wajah”, karya Aming Prayitno dengan judul ”Pohon” serta karya A.D. Pirous berjudul ”Tulisan Putih”. Kelima karya dipilih oleh Dewan Juri yang terdiri dari Affandi, Popo Iskandar, Sudjoko, Fadjar Sidik, Alex Papadimitrou, Kusnadi dan Umar Kayam.

Penetapan pemenang ini akhirnya berujung masalah. Sejumlah pelukis muda memprotes karena perwujudan-perwujudan baru yang sifatnya anti-lirisisme, rasional dan bahkan juga eksperimentatif tak mendapat tempat. Lirisisme, dekoratifisme, kiblat tradisi dan nasionalitas yang dicanangkan oleh panitia diprotes. DKJ dianggap memihak pada seni lukis yang mapan.

Muncul-lah statemen Desember Hitam yang berisi tudingan bahwa seni lukis Indonesia sudah mati. Panitia menolak tuduhan tersebut. Sejumlah pelukis muda, mahasiswa STSRI ASRI di Jogjakarta mendapat sanksi. Mereka adalah Harsono, Bonyong Munni Ardhie, Siti Adiyati, Ris Purwono dan Hardi. Sanksi dari pimpinan Kampus STSRI ASRI ini mendapat simpati dari berbagai pihak.

Setidaknya dua kegiatan digelar. Pertama, pameran di Gedung Karta Pustaka Jogjakarta berjudul Nusantara-Nusantara yang menampilkan karya-karya berbau sindiran dan karikatural. Pesertanya adalah Samikun, I Gusti Bagus Widjaja, Wardoyo S, Kristiyanto, Sudarisman, Suatmaji, Agustinus Sumargo dan Agus Dermawan T. Kedua, pameran Seni Rupa Baru pada Agustus 1975 di TIM Jakarta. Tak hanya pelukis yang muncul tetapi juga grafikus dan beberapa pematung. Mereka adalah Anyool Subroto, Bachtiar Zainoel, Pandu Sudewo, Nanik Mirna, Muryoto Hartoyo, Harsono, B. Munni Ardhie, Hardi, Ris Purwana, Siti Adiyati dan Jim Supangkat.

Gerakan Seni Rupa baru ini memang menafikan imaji seni lukis konvensional terkait elemen-elemen lukisan, elemen-elemen gambar dan sebagainya. Dengan lahirnya seni rupa baru, kebebasan cipta pada pelukis muda nampak lebih lepas. Elemen-elemen ruang, gerak dan waktu dianggap sah sebagai bentuk karya seni rupa. Dampak gerakan ini memang luar biasa. Dan gerakan ini bertahan hingga era 1980 dan 1990-an.

GERAKAN SENI RUPA BARU

Ramai pelukis muda mencari idea baru dalam menghasilkan seni rupa baru, termasuklah dalam mengeksplorasi efek multimedia. Selain itu, mereka turut melakukan seni persembahan, seni pemasangan dan seni video. Hal itu terlihat dalam karya pelukis muda Indonesia seperti Tulus Warsito, T Sutanto, Haryadi Suadi, Budi Sulistyo, Satyagraha, Nyoman Nuarta, Dede Eri Supria, Nyoman Gunarsa dan Aming Prayitno serta generasi sesudahnya seperti Heri Dono, Dadang Christanto, Tisna Sanjaya, Marida Nasution, Ivan Sagita, I Gusti Ayu Kadek Murniasih dan Agus Suwage.

Pada kurun ini, kemunculan Dede Eri Supria di penghujung 1970-an sangat memberikan harapan. Dede adalah salah seorang eksponen Seni Rupa baru yang paling serius, dan berjalan sebagai pelukis profesional. Karya-karyanya mengambil titik tolak bentuk realisme, namun ia mengocoknya dalam tema-tema yang sosialistik dan kritis. Sementara perwujudannya seringkali bernada surealistik.

Teknik Dede, yang mengambil gubahan potretis, amat bagus. Karya-karya pelukis yang pernah belajar di STSRI ASRI Jogjakarta ini umumnya berformat besar. Dan masalah-masalah sosial yang disentuhnya biasanya menggetarkan, seperti kehidupan orang miskin kota, urbanisasi, kesederhanaan orang-orang desa bahkan juga problem-problem sepakbola.

Pelukis Widayat lewat pameran tunggalnya pada 1985 dan 1990 menunjukkan bahwa dia adalah salah satu pelukis terkuat di Indonesia setelah Affandi. Karya-karyanya memendam teknik tinggi, dengan pengungkapan yang dekoratif keprimitifan. Widayat adalah salah satu pelukis yang memiliki semangat berkarya yang konstan dan ketangguhan memegang serta mengembangkan gaya.

Reputasi Widayat ini juga ditunjukkan oleh beberapa pelukis lain yang melejit di kurun ini seperti Srihadi Sudarsono, Nyoman Gunarsa, A.D. Pirous dan Amang Rahman. Nama-nama pelukis generasi berikutnya juga patut dipuji karena konsistensi mereka dalam berkarya dan menggelar pameran, seperti Made Wianta, Agus Kamal, Hening Swasona, Nisan Kristiyanto, Hardi, Pande Gde Supada, A.S. Kurnia, Salim M, Kamso Kholiban, Syahnagra, Ipung Gozali, Sukamto DS, Made Djirna, Ikhlas Taufik (Tikes), Godod Sutejo, Ivan Sagito dan tentu saja Dede Eri Supria.

Ivan Sagito, dengan teknik impasto yang bagus, menawarkan tema-tema surealistik yang kaya dengan fantasi. Obyek-obyeknya dia gali dari dunia kampung dan alam pedesaan di Yogyakarta. Sumur, wanita-wanita desa, rumah-rumah di kampung dia olah sedemikian rupa menjadikan unsur-unsur seni lukisnya yang aneh menyimpan greget keseraman.


Ivan mengejutkan dunia seni rupa Indonesia saat mulai berpameran di Singapura. Tak lama kemudian, dia menggelar pameran tunggal di Afrika Selatan tepatnya di The Pretoria Art Museum, Johannesburg, Afrika Selatan (2000) dan terakhir di Red Mill Gallery, Vermont Studio Centre, Amerika Serikat (2003). Lukisannya kini banyak diperdagangkan di galeri-galeri besar dunia. Konon karya pelukis yang kini tinggal di daerah Godean Yogyakarta ini, pada 2005 ada yang mencapai harga jual hingga Rp 1,3 milyar.

Kemapanan seni lukis Indonesia memang akhirnya porak-poranda akibat intervensi gagasan post-modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conseptual art): ”Instalation Art”, dan ”Performance Art”, yang pernah menjamur di berbagai pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam ”kolaborasi” sebagai mode 1996/1997.

Itulah dia yang disebut aliran progresif. Menampilkan seni lukis dalam berbagai ragam bentuk termasuk berkolaborasi dengan seni instalasi. Mereka juga sering tampil di berbagai galeri luar negeri. Nama-nama tersebut diantaranya adalah Heri Dono (kelahiran 1960), Dadang Christanto (kelahiran 1957), Tisna Sanjaya (kelahiran 1958), Marida Nasution (kelahiran 1956), I Gusti Ayu Kadek Murniasih (1966 – 2006) dan tentu saja yang paling akhir adalah Agus Suwage (kelahiran 1959).

Bersamaan itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi. Memasuki abad 21, seni lukis Indonesia terus berkembang dan muncul pula sejumlah profesi menjanjikan seperti art dealer yang menjadi penghubung antara pelukis dengan pihak gallery.

Yang menarik, ada kecenderungan bahwa aliran Mooi Indie tetap bertahan. Ini dibuktikan dari pameran pada 2007 lalu, saat lima pelukis muda yakni J.B. Iwan Sulistyo, P. Lanny Andriani, Idran Yusup, Sukriyal Sadin, dan Pardoli Fadli berpameran bersama di Boulevard Lounge-Hotel Nikko Jakarta, 9-15 April 2007. Mereka menampilkan sejumlah lukisan beraliran realisme-romantik. Akankah roda jaman berputar kembali ke awal setelah 100 tahun berlalu ? Kita lihat saja.

(Sumber utama tulisan ini adalah Buku dwi bahasa berjudul Perjalanan Seni Rupa Indonesia, dari Zaman prasejarah hingga Masa kini, yang diterbitkan Panitia Pameran KIAS 1990-1991).

Wisata Jiwa



Matahari dari ufuk timur kembali bersinar
Membelah kabut menerobos ranting daun daun dan pohon
Gunung ngarai tlah merekah
Laut pun bergolak menggulung ombak

Aku yang terpaku dalam kegelapan
Kembali bangkit dengan syair-syair darahku
Matahari pun turut menyapu wajahku dengan lembut cahaya
Saatnya kuhentakkan kaki di belahan bumi

Aku tak peduli syair-syairku sumbang terdengar
Aku tak akan terpaku lagi oleh halusinasi
Matahari telah memancar Wahai Rabb
Basuhlah muka dan tubuh ini dengan karunia sinarMu

Aku ingin menjadi lantang dan perkasa jiwa
Selamat tinggal masa lalu yang sudah berlalu
Aku mau mengikat dunia dengan simpul kasih sayangMu
Wahai pemilik kerajaan dunia dan kerajaan langit

Demi ada dan menjadi ada
Demi yang awal dan akhir
Jiwa ini telah berkilat sinar dari pancaran tiupanMu
Akan kulambungkan wisata di relung jiwa yang mulai mekar matahari

Telah kusingkirkan kemelut dan kekacauan jiwa bersama kebesaran rachmatMu
Beriring dengan kemuliaanMu, Ya Rabb
Jangan menyerah rapuh tubuh
Jangan menunduk sayup mata kusut

Bergegaslah kaki berlari melompatlah jiwa kegirangan
Jangan bertambah sayu semangat layu
Gapailah dunia menuju jauh ke sana
Tak pantas airmata ini mengalir hanya untuk sejengkal tanah

Teduhkan relung hati dengan goresan wisata jiwa
Ayunkan kemesraan simphoni
Gesekkan merdu suara biola
Hamparkan nyanyian kedamaian

Cukup sudah sejukkan hatiku dengan ayat-ayatMu
Enyahkanlah resah dan jangan lagi digelisahkan kabut merah
Sujudkan jiwa di hadapan Dia
Dia yang maha mencipta, dengan segala ciptaanNya

Kamis, 11 Desember 2008

..:: cara atasi mendengkur ::..

Mendengkur adalah sebuah fenomena biasa terutama di antara mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Banyak faktor penyebab mendengkur, mulai dari hidung tersumbat, tonsil yang membesar hingga kista. Akan tetapi yang lazim menyebkan pria usia pertengahan mendengkur adalah membran tenggokan yang mulai kendur dan melebar.

Mudah bagi kita untuk memahami mengapa mendengkur berhubungan dengan usia. Sejalan dengan pertambahan usia, sebagian kita mulai mengalami pengenduran otot-otot dan penumpukan lemak. Salah satu tempat yang digemari untuk menimbun lemak dan otototnya mulai mengendur adalah tenggorokan. Apabila otot-otot dan jaringan-jaringan berdaging dalam tenggorokan mengendur dan elebar, semua ini bisa “runtuh” dan menyumbat sebagian jalan napas.

Agar tidak mendengkur lagi
Mendengkur tidak harus membuat Anda patah arang. Dewasa ini dokter yang mengambil spesialisasi dalam gangguan tidur dan pernafapasan dapat membantu meringankan Anda pada hampir semua kasus mendengkur dan sleep apnea.

Akan tetapi bahkan pada kasus mendengkur yang berat, Anda mungkin belum perlu pergi ke dokter. Anda mungkin hanya perlu menuruti saran-saran berikut untuk meredakan badai petir untuk selama-selamanya.
o Matikan rokok Anda.

Asap rokok membuat jaringan-jaringan, baik di tenggorokan maupun hidung mengalami iritasi, sampai bengkak dan menyumbat aliran udara.
o Rampingkan dan bugarkan tubuh.

Walaupun orang kurus juga bisa mendengkur, mendengkur tiga kali lebih sering dialami oleh mereka yang berbadan gemuk.
o Jangan makan terlalu banyak.

Jangan makan terlalu banyak selama tiga jam sebelum tidur, hindari juga cemilan ketika Anda terjaga pada tengah malam. Itu karena proses pencernaan membuat otot-otot di mana pun-termasuk di tenggorokan Anda-menjadi santai dan lemas.
o Bersihkan lubang hidung Anda.

Jika hidung Anda terasa tersumbat, pertimbangkan upaya membersihkannya dengan obat semprot hidung yang dijual bebas, misalnya Afrin.
o Tetapi hati-hatilah.

Pemakaian berlebihan dapat merugikan Anda, bahkan membuat hidung Anda makin tersumbat. Ikuti petunjukpetunjuk pada kemasannya dengan cermat. Hidung yang terus menerus tersumbat perlu diperiksakan kepada dokter.
o Hindari alkohol.

Hindari minum alkohol empat jam sebelum tidur. Alkohol menyebabkan otot-otot dalam jalan napas menjadi terlalu santai. Begitu pula obat-obat penenang atau obat tidur.
o Jangan tidur telentang.

Tidur menyamping mungkin dapat mencegah lidah dan daging yang menggantung dari langit-langit mulut jatuh menutup jalan napas. Salah satu cara yang manjur agar Anda tidak tidur telentang adalah memasang sebuah saku pada punggung piyama Anda kemudian memasukkan sebuah bola tenis ke dalamnya. Bola itu akan membuat Anda tidak nyaman ketika akan tidur telentang sehingga tanpa sadar memilih tidur menyamping.
o Naikkan posisi kepala dan pundak Anda.

Tidur dengan posisi bagian atas lebih tinggi daripada bagian bawah dapat membantu mencegah dengkur karena dalam posisi demikian lidah tidak akan “runtuh” menutup jalan napas. Walaupun demikian, jangan mengganjal kepala Anda dengan tumpukan bantal-ini hanya akan membuat Anda pegal dan membuat tenggorokan Anda tertekuk, sehingga keadaan justru memburuk. Sebagai gantinya, taruh sebuah bata di bawah kaki tempat tidur sebelah atas agar posisinya naik kira-kira 10 hingga 13 cm.
o Coba memakai alat penahan leher.

Alat penahan yang sering digunakan ketika seseorang menderita cedera leher (whiplash collar) mungkin membuat Anda tampak aneh bagi pasangan tidur Anda, tetapi alat ini membuat dagu Anda tetap terangkat sehingga leher Anda tidak pegal sementara tenggorokan tetap terbuka. Agar leher Anda tidak kaku pada pagi hari gunakan alat penahan yang terbuat dari busa bukan dari plastik. Whiplash collar dari busa terasa empuk dan tidak membuat leher Anda terlalu tertarik. Akan tetapi jika Anda merasa pegal ketika bangun tidur, pelan-pelan regangkan otot-otot leher Anda, pijat dengan lembut, kemudian mandilah dengan air hangat.
o Memakai penahan lidah.


Banyak klinik gangguan tidur menyediakan alat penahan lidah yang membuat lidah Anda tetap ke depan dan mulut tetap tertutup ketika Anda tidur. Ortodontis juga dapat membuatkan alat dengan efek serupa untuk menahan rahang Anda pada malam hari.

..::Kawat gigi::..

ciahahaha..

Jangan pada protes kalo qamu baca judul postinganku kali ini
hm....
bagaimana menurutmu kalo ngeliat orang pake kawat gigi?? tambah cantik / ganteng?? ataukah menjijikkan?? menurutku, itu semua tergantung orangnya yang pake . kambingnya jadi keliatan cakeb ya??

Orthodonti, atau biasanya lebih dikenal sebagai kawat gigi, adalah ilmu kedokteran gigi yang bertujuaan untuk memperbaiki letak atau posisi gigi agar didapatkan hubungan yang ideal antara rahang atas dan bawah sehingga fungsi estetis, pengunyahan ataupun bicara menjadi maksimal. Keberhasilan dari perawatan Orthodonti biasanya mencapai 90 hingga 99%. Tapi yang lebih penting adalah perawatan setelah pemasangan kawat. Ini dilakukan untuk mencegah letak gigi yang sudah berubah ke tempat baru akan balik lagi posisinya ke tempat semula. Sehingga dibutuhkan alat yang disebut retainer atau penahan.

Namun, bagi pemakai kawat gigi berusia anak-anak, justru kawat gigi dengan penahan karetlah yang sangat disukai. Karena karetnya berwarna-warni dan dapat diganti sesuai warna kesukaan pemakainya. Padahal, fungsi sesungguhnya adalah sebagai penahan dari kawat gigi.


..::PROSEDUR PEMASANGAN :
Prinsipnya setelah pasien memiliki gigi tetap (mulai 7 tahun keatas), perawatan kawat gigi dapat segera di lakukan untuk pasien. Demi kepuasan pasien, langkah pertama sebelum pemasangan kawat gigi adalah memastikan bahwa harapan pasien untuk mendapatkan gigi yang rata dan rapih dapat tercapai.

Dokter akan melakukan konsultasi dan melihat kondisi gigi pasien secara langsung. Jika memungkinkan, dokter akan mencetak gigi, membuat model gigi dan memberikan pengantar untuk rontgent gigi pasien. Tindakan ini dilakukan untuk menentukan masalah dan tindakan perawatan yang sesuai. Umumnya perawatan kawat gigi selesai dalam 6 bulan s/d 2 tahun tergantung dari kompleksitas dan jenis masalah. Untuk kasus ekstrim, dokter akan mereferensikan kepada dokter specialis lainnya.

Gigi yang akan dikawat, akan ditempeli braket dipermukaannya. Proses ini belangsung hanya beberapa saat per-gigi. Setelah braket terpasang, maka akan di pasang kawat. Kawat inilah yang akan menggerakkan gigi ke arah yang diharapkan. Untuk itu pemeriksaan sesuai dengan jadwal akan mempercepat perawatan kawat gigi. Kontrol periodik akan dilakukan setiap 3 pekan, untuk memastikan ketepatan pergerakan gigi pasien kearah yang diharapkan dan mempersingkat waktu perawatan kawat gigi.

..::PASKA PERAWATAN :
Setelah perawatan selesai dan kawat gigi dilepas, maka pasien akan disarankan untuk memakai retainer oleh dokter. Jika pasien tidak menggunakan retainer, seperti yang disarankan oleh dokter, ada kemungkinan gigi akan kembali ke posisi awalnya (relapse).
Gigi pasien paska perawatan kawat gigi akan dicetak dan dibuatkan model untuk retainer. Fungsi dari retainer adalah untuk menguatkan tulang gigi paska perawatan kawat agar tidak kembali ke posisi awalnya. Retainer dapat dilepaskan saat pasien makan.

..:: Bagaimanakah perasaan menggunakan kawat gigi ?
Sedikitnya dibutuhkan satu minggu untuk membiasakan diri dengan kawat gigi yang terpasang. Pada awalnya pasien akan merasa kurang nyaman disekitar lidah & pipi bagian dalam ketika kedua bagian tersebut menyentuh kawat gigi. Gigi akan terasa tertarik selama beberapa hari setelah kawat dipasang dan setelah kontrol rutin. Pasien juga akan juga merasakan gigi sedikit goyah.
Kawat gigi akan mudah menjerat sisa makanan dan menimbulkan plak. pasien dianjurkan menyikat gigi lebih sering yaitu pada pagi hari, malam hari, dan setiap selesai makan.

Trend menggunakan kawat gigi sebenarnya berdampak sangat baik. Di bidang kedokteran gigi dikenal motto give back smile, maksudnya agar kesadaran orang pada kebersihan dan perawatan gigi semakin tinggi. Tak akan ada lagi orang tertawa ditutupi tangan gara-gara giginya tidak rata atau bentuk rahangnya kurang sempurna.

Sehingga tidak mengherankan jika orang akan mengeluarkan biaya mahal untuk mendapatkan gigi yang sehat dan cantik. Mahalnya biaya pemasangankawat gigi disebabkan karena semua bahan yang dipakai masih diproduksi di luar negeri. Yang mahal, adalah sistem dan bahan. Untuk bahan kawat yang clear, biasanya dikenakan oleh para selebritis atau remaja yang berusia 20 hingga 30-an.

Kawat transparan yang terbuat dari bahan composite, memang paling kuat. Meskipun dari segi harga, yang transparan lebih mahal dari metal. Dari segi estetika, yang transparan lebih bagus karena sewarna dengan gigi dan tidak terlihat saat tersenyum dan bisa tetap percaya diri.

Untuk harga kawat gigi, berkisar antara Rp 7 hingga 15 juta. Untuk kawat dan bracket transparan harganya mulai dari Rp 9 juta ke atas. Untuk yang berbahan metal dengan bracket yang karetnya warna-warni, harganya lebih murah. Sementara harga retainer berkisar antara Rp 750 ribu hingga Rp 2 juta. Semua harga tergantung dari nilai estetika, sistem dan bahannya. Tertarik untuk mengikuti trend behel?