Jogja Art Fair #1 hendak mengawali tradisi art fair ini. Meski ditandai dengan lokalitas Yogya, event ini tetap akan membuka diri dalam jejaring yang luas, sampai tingkat nasional dan internasional, baik dari sisi keikutsertaan seniman ataupun penyebaran pasarnya.
Di beberapa negara, event seni rupa sebagai sebuah ruang perdagangan karya seni, bukanlah hal baru. Untuk mengenali event-event yang lebih disemangati suasana bisnis ekonomi ini, biasanya, penyelenggara menandainya dengan sebutan art fair. Beberapa contoh antara lain, Shanghai Art Fair, Singapore Art Fair, Basel Art Fair dan Beijing Art Fair.
Jogja Art Fair menjadi berbeda dengan art fair di negara lain, karena dalam event ini bukan galeri yang membeli stand, namun seniman. Penyebabnya adalah, pertama, Yogyakarta adalah kota yang kaya akan seniman, baik yang sudah terkenal maupun yang muda dan berbakat. Belum semua seniman muda ini mempunyai akses ke pembeli. Kedua, tidak semua galeri mau mengorbitkan sejumlah seniman muda tersebut.
Bursa Seni Visual, Jogja Art Fair (JAF)/Festival Kesenian Yogyakarta XX berlangsung di Galeri Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 15 Juni hingga 7 Juli. Direktur JAF, Aji Wartono menyebutkan, kegiatan ini dimaksudkan sebagai program yang secara sadar hendak menyikapi wilayah komodifikasi dalam realitas seni visual. Tak bisa dipungkiri penilaian tinggi secara nominal terhadap karya seni, utamanya, seni lukis telah menjadi rahasia umum dan diikuti pula dengan maraknya pameran-pameran.
Jogja Art Fair #1 hendak mengawali tradisi art fair ini. Meski ditandai dengan lokalitas Yogya, event ini tetap akan membuka diri dalam jejaring yang luas, sampai tingkat nasional dan internasional, baik dari sisi keikutsertaan seniman ataupun penyebaran pasarnya. Terakhir, sebagai sebuah event yang dicita-citakan untuk berkelanjutan penyelenggaraannya, Jogja Art Fair akan menjadi event tahunan yang dimungkinkan untuk lepas dari program Festival Kesenian Yogyakarta.
Meski pasar seni rupa Indonesia lebih berwarna dengan melejitnya seni lukis sebagai karya yang paling laku, Jogja Art Fair tetaplah membuka diri untuk hadirnya karya-karya visual yang lain, semacam karya objek atau karya tiga dimensi, instalasi, street art, fotografi, seni video, new media art, dan lain-lain. Sebagai bagian dari wacana seni rupa, Jogja Art Fair akan menjadi sebuah event yang secara sadar, tegas, dan berani menampilkan diri sebagai event yang hendak mengukur dirinya dalam kerangka estetika resepsi. Dalam kerangka estetika tersebut, keberhasilan event ditentukan oleh banyaknya jumlah nominal yang bergerak dan terlibat dalam jual beli di arena pameran.
Sisi ini, secara tidak langsung juga akan menunjukkan serpihan wajah art scene Indonesia tentang berbagai kecenderungan seni visual yang sedang diminati publik. "Bursa seni visual Jogja Art Fair #1 ini merupakan salah satu program penggalangan dana dalam FKY XX 2008 ini." tambah Aji Wartono.
Di beberapa negara, event seni rupa sebagai sebuah ruang perdagangan karya seni, bukanlah hal baru. Untuk mengenali event-event yang lebih disemangati suasana bisnis ekonomi ini, biasanya, penyelenggara menandainya dengan sebutan art fair. Beberapa contoh antara lain, Shanghai Art Fair, Singapore Art Fair, Basel Art Fair dan Beijing Art Fair.
Jogja Art Fair menjadi berbeda dengan art fair di negara lain, karena dalam event ini bukan galeri yang membeli stand, namun seniman. Penyebabnya adalah, pertama, Yogyakarta adalah kota yang kaya akan seniman, baik yang sudah terkenal maupun yang muda dan berbakat. Belum semua seniman muda ini mempunyai akses ke pembeli. Kedua, tidak semua galeri mau mengorbitkan sejumlah seniman muda tersebut.
Bursa Seni Visual, Jogja Art Fair (JAF)/Festival Kesenian Yogyakarta XX berlangsung di Galeri Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 15 Juni hingga 7 Juli. Direktur JAF, Aji Wartono menyebutkan, kegiatan ini dimaksudkan sebagai program yang secara sadar hendak menyikapi wilayah komodifikasi dalam realitas seni visual. Tak bisa dipungkiri penilaian tinggi secara nominal terhadap karya seni, utamanya, seni lukis telah menjadi rahasia umum dan diikuti pula dengan maraknya pameran-pameran.
Jogja Art Fair #1 hendak mengawali tradisi art fair ini. Meski ditandai dengan lokalitas Yogya, event ini tetap akan membuka diri dalam jejaring yang luas, sampai tingkat nasional dan internasional, baik dari sisi keikutsertaan seniman ataupun penyebaran pasarnya. Terakhir, sebagai sebuah event yang dicita-citakan untuk berkelanjutan penyelenggaraannya, Jogja Art Fair akan menjadi event tahunan yang dimungkinkan untuk lepas dari program Festival Kesenian Yogyakarta.
Meski pasar seni rupa Indonesia lebih berwarna dengan melejitnya seni lukis sebagai karya yang paling laku, Jogja Art Fair tetaplah membuka diri untuk hadirnya karya-karya visual yang lain, semacam karya objek atau karya tiga dimensi, instalasi, street art, fotografi, seni video, new media art, dan lain-lain. Sebagai bagian dari wacana seni rupa, Jogja Art Fair akan menjadi sebuah event yang secara sadar, tegas, dan berani menampilkan diri sebagai event yang hendak mengukur dirinya dalam kerangka estetika resepsi. Dalam kerangka estetika tersebut, keberhasilan event ditentukan oleh banyaknya jumlah nominal yang bergerak dan terlibat dalam jual beli di arena pameran.
Sisi ini, secara tidak langsung juga akan menunjukkan serpihan wajah art scene Indonesia tentang berbagai kecenderungan seni visual yang sedang diminati publik. "Bursa seni visual Jogja Art Fair #1 ini merupakan salah satu program penggalangan dana dalam FKY XX 2008 ini." tambah Aji Wartono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar