Kamis, 01 Januari 2009

TakBiran atoo Oncoran

ehm…

bagi yang rumahnya masih di dalam lingkup kampung, masihkah budaya “ONCORAN” dilestarikan di kampung anda?? Bagi yang belum pernah mendengar apa itu ONCORAN ?? saya akan menjawab segala kebingungan anda (hehehe kaya psikolog ajah yah??).

Flash back kira-kira hampir satu bulan lalu pas malam idul adha, di kampungku (jujur ajah, karena rumahku bukan di tengah kota) ada sekumpulan anak-anak islam yang kebanyakan seumuran balita sampai SMP berkumpul di depan Masjid Beton yang tidak jauh dari rumahku. Mereka mengenakan busana muslim dan membawa oncor (potongan bambu sepanjang 35 – 50 cm) yang didalam ruas bamboo tersebut berisi minyak tanah dan ditutup dengan segumpal kain perca yang dibentuk bulat ujungnya yang bagian bawahnya berekor, masih memakai prinsip kapilaritas. Nah itu dia pengertian ONCORAN menurut kata dasarnya, yaitu ONCOR yang berarti obor yang terbuat dari bambu. tapi menurut istilah dari bahasa tradisional kota surakarta, oncoran atau yang sering disebut takbiran adalah sekumpulan anak-anak yang bersama-sama jalan kaki mengumandangkan takbir berkeliling kampung dengan membawa oncor yang terdiri dari beberapa anggota kelompok sesuai dengan masjidnya, nah kebetulan di kelurahan sewu ada beberapa masjid di setiap kampungnya.


Setiba pulang dari masjid untuk melakukan ibadah shalat magrib, adekku bilang padaku “Mbak, di masjid yang takbiran rencananya suruh pada pake baju muslim putih semua loh katanya mau ada penilaian.” Wah ini suatu kemajuan di kampungku karena sebelumnya belum ada peraturan seperti ini (kata hatiku). Beberapa menit setelah itu… mamaku ngajak aku nonton takbiran di depan masjid,, “Ga, aio nonton takbiran!” aku yang masih cuek menonton Tv dengan santainya berkata, “belom mulei ma, masjidna masi sepi… khan biasanya abiz Isya’…” mamaku bersikeras mengajakku kesana, aku terpaksa ikut karena aku juga pengen liat sensasi takbiran yang berbeda dari tahun sebelumnya. Aku dan mamaku berjalan kaki sampai di masjid, ternyata benar dugaanku. Belom ada setupun anak yang siap membawa oncor. Malah ada beberapa orang yang liat-liat calon hewan Qurban yang akan disembelih besok pagi. Dengan logat peninggalan nenek moyangku aku berkata,”Horok?? tenan tow ma?? rung ono uwong?? Ra gelem manut aku ug,, youwes ten griyane budhe wae ioh??” (bahasanya primitive buanged yax!!) mamaku mengiyakan apa yang aku katakan. Setapak demi setapak seorang ibu dan buah hatinya menyusuri jalan dan degan sekuat tenaga dan sampailah di rumah budheku. ..!!! Sesampai disana kita ngobrol sejenak. Setelah adzan selesai kita menuju ke masjid,, eh bego buanged aye kage bawe mukena buad shalat, yauda akhirnya sambil menanti acara takbiran dimulai aku dan sepupuku liat-liat calon hewan kurban. Huvt..jadi ga tega lead mereka, tapi mau gimana lagi??


Beberapa saat kemudian terlihat pengunjung masjid pada keluar. Yah acara yang kunantikan akan segera dimulai. Terlihat anak-anak datang berbondong-bondong dengan oncor pada genggaman tangan mereka yang belum dinyalakan. Kurun waktu kurang lebih 10 menit semua peserta takbiran sudah berkumpul di depan masjid. Sebagian anak sudah mulai menyalakan apinya, sebagian anak bermain kejar-kejaran. Para panitia segera mengatur barisan peserta takbiran. Beberapa menit berlalu, datanglah peserta dari masjid lainnya . karena tahun ini ngumpulnya di masjid Beton. setelah semua peserta datang barulah mereka mulai berjalan dengan teratur . ada 4 kelompok peserta dari masjid masing-masing. Mereka tak hanya membawa oncor saja tapi mereka mengkreasikan oncor itu dengan demikian indahnya, ada yang dibentuk seperti tugu, ada yang dibentuk seperti tongkat raja laut, dan beraneka ragam lainnya . semua peserta sudah berlalu dan biasanya mereka keliling kampung sewu dan sekitarnya, tempat finishnya di masjid Jami’. Disana mereka beristirahat dan mendapat makanan ringan dari panitia masjid setempat.


segini dulu yah… silakan berkunjung di kampungku kalau anda pengen liat takbiran ..asyig kug!

Tidak ada komentar: